Tapi, jika dua orang nyaris tidak melakukan hal lain kecuali saling mencari, tidak mengherankan jika mereka akan saling berjumpa secara kebetulan.
Menerima surat adalah hal yang biasa. Namun, bagaimana jika kamu menerima surat dari sosok yang sudah meninggal?
Itulah yang terjadi pada Georg, anak laki-laki berusia 15 tahun yang ada dalam novel Gadis Jeruk.
Jika kamu terlanjur membayangkan Gadis Jeruk sebagai novel horor, jangan tegang dulu. Pasalnya, novel ini tidak seram sama sekali.
Kebalikannya, Gadis Jeruk justru mampu memantik rasa penasaran serta menghangatkan hati pembacanya.
Novel berjudul asli Appelsinpiken ini merupakan buah karya dari penulis tersohor, Jostein Gaarder. Novel ini terbit pada tahun 2003.
Jika nama novelis tersebut terdengar familiar, maka wajar saja. Pasalnya, Jostein Gaarder adalah sosok cemerlang di balik novel Dunia Sophie atau Sophie’s World yang merupakan novel filsafat best-seller dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
Novel Gadis Jeruk sendiri sudah diterjemahkan dalam 43 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, novel ini bahkan sudah di-filmkan di tahun 2009 dengan judul Orange Girl.
Seperti apa semesta sang Gadis Jeruk yang membuat banyak pembaca jatuh hati? Mari selami resensi novel Gadis Jeruk bersama.
Judul Buku | : Gadis Jeruk |
Penulis | : Jostein Gaarder |
Penerbit | : Mizan Pustaka |
Edisi | : Gold |
ISBN | : 978-979-433-380-8 |
Halaman | : 252 halaman |
Jan Olav dan Cinta Pandangan Pertama Hingga Tutup Usia
Georg tidak memiliki banyak ingatan tentang ayahnya, Jan Olav. Ia meninggal saat Georg berusia empat tahun, dan Jan Olav perlahan berubah menjadi sosok bayangan kabur bagi Georg.
Demikianlah keadaannya hingga Georg beranjak remaja. Sampai surat dari Jan Olav untuk Georg ditemukan di dalam kereta dorong bayi yang sudah berumur.
Usut punya usut, ternyata surat tersebut ditulis Jan Olav dalam keadaan sakit, beberapa waktu sebelum kematiannya.
Dalam keadaan sangat heran, Georg mulai membaca surat tersebut. Isinya bukanlah wasiat, namun cerita cinta sekaligus teka-teki.
Surat tersebut mengisahkan tentang Jan Olav, mahasiswa kedokteran biasa, yang bertemu seorang gadis di tram.
Gadis tersebut membawa sekantong besar jeruk; sebuah pemandangan yang juga biasa.
Namun, kisah mereka jadi tidak biasa karena Jan Olav begitu terpana oleh sang gadis.
Kisah mereka jadi tidak biasa, karena Jan Olav tidak sengaja menyenggol kantong jeruk sang gadis hingga isinya tumpah berceceran, lalu mereka berpisah begitu saja, tanpa interaksi yang berarti.
Dan, kisah mereka jadi tidak biasa, karena Jan Olav memutuskan untuk mencari gadis itu ke seluruh kota – bahkan ke luar negeri -, karena saking penasarannya.
Siapa sang Gadis Jeruk sebenarnya? Apakah mereka akhirnya bertemu? Bagaimana akhir kisah mereka?
Dalam surat sang ayah, Georg tidak hanya menemukan fakta tentang sang Gadis Jeruk, namun juga pandangan ayahnya tentang kehidupan, momen-momen menjelang kematian, serta pandangannya tentang waktu setelah mati.
Gadis Jeruk: Bukan Cerita Cinta Biasa
Hidup ini singkat bagi mereka yang benar-benar bisa memahami bahwa suatu hari, seluruh dunia ini akan tiba pada titik akhir yang penghabisan. Tidak setiap orang mampu memahami itu.
Meski dibalut dalam romansa, novel Gadis Jeruk tidak hanya menawarkan cerita yang indah saja.
Buku ini bukan hanya soal pencarian jatuh bangun Jan Olav dalam mencari cinta sejatinya.
Bukan juga hanya soal bagaimana penggambaran Jan Olav terhadap sang gadis, yang mampu membuat kamu tersenyum-senyum.
Namun juga soal bagaimana garis takdir menentukan kisah hidup mereka.
Sebagai manusia yang sudah dekat dengan ajal, Jan Olav akan mengajak kamu untuk menikmati hal-hal sederhana dalam hidup bersama orang-orang terkasih melalui suratnya.
Selain itu, Ia juga tak ragu menyuarakan penyesalannya, yang tak akan bisa melihat Georg tumbuh hingga dewasa.
Pada suatu titik, Jan Olav memberi kamu pertanyaan yang bisa kamu jawab sebebasmu:
Jika kamu bisa memilih, apakah kamu akan memilih untuk tetap hidup, walau tahu akan mati, atau kamu akan menolak dan tidak mengikuti ketentuan tersebut?
Bagaimana cara kamu memaknai kehidupan yang singkat ini?
Meski pertanyaannya cukup dalam dan filosofis, novel ini tetap mudah untuk dicerna.
Oleh karena itu, Gadis Jeruk cocok menjadi gerbang perkenalan kamu dengan novel-novel filosofis Jostein Gaarder lainnya.
Tapi, kalaupun kamu masih belum memahami, simpan dulu saja novel ini untuk dibaca nanti.
Tenang, pesan yang terkandung dalam novel ini sangat timeless, sehingga cocok untuk pembaca seluruh usia.
Novel Gadis Jeruk bisa kamu baca di kanal berikut:
- iPusnas (Gratis)
- Google Play Book (E-book berbayar)
- Gramedia (E-book berbayar)