Setelah sukses menerbitkan novel-novel yang terbilang rumit, Dee Lestari mengeluarkan buku terbaru yang agak berbeda dengan buku sebelumnya.
Kali ini, dia mengangkat sebuah kisah dengan tokoh utama remaja. Yup, novel ini berjudul RAPIJALI – 1 Mencari.
Judul buku | : RAPIJALI – 1 Mencari |
Penulis | : Dee Lestari |
Penerbit | : Bentang Pustaka |
Edisi | : Cet. 4, Mei 2021 |
ISBN | : 978-602-291-772-4 |
Halaman | : 352 Halaman |
Jika novel AROMA KARSA mengangkat tentang hal yang berhubungan dengan penciuman, maka novel ini mengangkat musik yang tentu berhubungan langsung dengan suara dan pendegaran. Seperti biasa, melalui satu tema, Dee Lestari juga mengajak kita untuk ikut menjajaki cerita dengan seru.
Daftar Isi
Tentang RAPIJALI – 1 Mencari
RAPIJALI bercerita tentang Ping, cucu dari seorang kakek bernama Yuda yang merupakan musisi senior pada zamannya.
Di Cijulang, Ping hidup bersama musik yang dikenalkan sang kakek. Di Pantai Batu Karas, dia juga menghabiskan waktu bersama peselancar bernama Oding. Sahabat dari masa kecilnya.
Kehidupan yang dirasa biasa-biasa saja berubah total saat Ping harus menerima kenyataan tentang kematian sang kakek. Mau tidak mau, dia harus pindah ke Jakarta dan tinggal bersama calon gubernur. Di Jakarta pula, dia menemukan teman-teman hingga membentuk band berama RAPIJALI.
Saat Ping mulai merasakan kenyamanan dengan dunia barunya, ternyata itu baru permulaan. Banyak hal yang Ping tidak tahu tentang Jakarta.
Banyak hal yang Ping tidak tahu tentang keluarga yang menampungnya. Banyak pula misteri yang menunggu untuk segera terkuak.
Kenapa harus baca RAPIJALI?
Berbicara soal bacaan, tentu setiap orang punya selera masing-masing. Bagiku sediri, RAPIJALI menjadi salah satu bacaan yang bisa dijadikan pilihan oleh semua kalangan. Kenapa begitu? Mari aku bahas.
1. Bukan cerita remaja biasa
Meskipun buku ini didominasi oleh tokoh-tokoh remaja, tetapi kisahnya tidak hanya berputar tentang percintaan remaja. Ada hal-hal yang berhubungan dengan drama keluarga, politik, serta persahabat.
Isu politik menjadi salah satu topik yang sangat seru di dalam buku ini. Setidaknya, kita jadi tahu bagaimana proses kampanye seorang calon gubernur. Bagaimana pula persaingan yang terjadi antara satu calon dan calon lainnya.
2. Setiap karakter punya fokus masalah masing-masing
Jika novel lain biasanya berfokus ke tokoh utama saja, novel ini cukup berbeda. Setiap tokoh punya masalah masing-masing. Setiap tokoh berjuang dengan apa yang masing-masing hadapi.
Selain Ping, ada Oding yang berjuang jadi peselancar internasional. Ada Rakai yang begitu mengidolakan ayahnya meskipun ditinggalkan dari kecil.
Ada Jemi yang cantik dan cerdas, tetapi harus patuh dengan peraturan keluarga. Ada Inggil yang hidup di gang sempit Jakarta. Ada Ardi yang harus menghadapi keanehan dalam keluarganya. Ada Guntur, yang harus menghadapi lika-liku sebagai calon gubernur. Semua digali dengan luwes.
3. Bahasa ringan tapi tetap ada pembelajaran
Kalau ini sih jangan ditanya. RAPIJALI memang agak nge-pop. Mungkin karena ini kisah remaja.
Bahasanya disesuaikan dengan keadaan. Ya, sasaran pembacanya pasti bukan hanya penggemar Dee Lestari, tetapi juga pembaca baru yang ingin mengeksplor cerita remaja dari penulis yang sering mendapatkan penghargaan ini.
Ngomong-ngomong soal bahasa, ciri khas Dee Lestari tetap ada kok. Ada beberapa kosakata baru yang tentu saja menambah perbendaharaan kata bagi pembaca.
4. Musik yang kental
Latar belakang Dee Lestari sebagai pencipta lagu dan penyanyi tampaknya berusaha untuk diterapkan di novel ini.
Di sini, Dee Lestari menciptakan tokoh yang kenal musik seperti Ping dan Rakai. Tentu, keduanya punya musikalitas tinggi.
Mereka bisa bernyanyi dan bermain alat musik. Yang paling seru, lirik-lirik lagu yang ada di buku ini dirilis juga jadi lagu beneran. Bahkan dinyanyikan oleh penyanyi terkenal seperti lagu berjudul Kinari yang dinyanyikan Iwan Fals, ada lagu Awal Mula yang dinyanyikan Maudy Ayunda, dan beberapa lagu lainnya.
Menurutku, ini menjadi kombinasi yang keren. Novel memuat tokoh yang menciptakan lagu. Eh, lagunya beneran dirilis di dunia nyata.
5. Kaya akan lokalitas
Karena orang Sunda, aku merasa relate dengan percakapan Ping dan orang-orang di lingkungannya (Pantai Batu Karas).
Terdapat percakapan bahasa Sunda sehari-hari yang lucu dan memang kerap digunakan. Menurutku, ini salah satu nilai plus sih. Sebab Dee Lestari mampu mengangkat lokalitas daerah-daerah yang menjadi latar di novel ini, termasuk bahasa.
Saran untuk yang baru mau baca
RAPIJALI diterbitkan dalam tiga buku. Nah, yang aku obrolkan saat ini adalah buku pertama RAPIJALI – 1 Mencari.
Mungkin jika membaca buku pertama saja, kamu akan merasa feel-nya terputus, sebab ending buku ini menggantung. Membaca dengan lanjutannya sekaligus menurutku akan membuat pengalaman membaca lebih kena.
Oh iya, buku RAPIJALI pertama dan kedua sudah terbit, sementara RAPIJALI ketiga terbit Desember 2021 ini.
Jadi, sudah siap menambah RAPIJALI sebagai bacaan baru? Atau, kamu malah sudah baca novel ini? Sharing yuk!