Novel Laut Bercerita: Menyelami Kisah Aktivis di Tahun 90an

buku laut bercerita

“Matilah engkau mati,
Engkau akan lahir berkali-kali”

Potongan kalimat dari puisi Sutardji Calzoum Bachri ini merupakan quote pembuka dari novel Laut Bercerita. Terkesan suram? Memang.

Tapi, kenyataannya, kalimat ini lah yang berhasil membuat banyak pembaca novel ini terngiang-ngiang.

Kalau kamu terpikat dengan sampul depan novel Laut Bercerita yang penuh warna, kamu harus kuat-kuatin hati, nih.

Soalnya, berbanding terbalik dari cover-nya yang berwarna cerah, buku ini ternyata ‘mengandung bawang’. Maksudnya, membuat sedih, ya, bukannya ada bawang sungguhan.

Judul Buku: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Edisi: Juli 2019
ISBN: 978-602-424-694-5
Halaman: 379 hal

Resensi Laut Bercerita

Laut Bercerita mengisahkan tentang pergerakan Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris di sebuah kampus di Yogyakarta, beserta kawan-kawannya dalam memperjuangkan hak dan kebebasan mereka dari cengkeraman rezim Orde Baru.

novel laut bercerita
Novel Laut Bercerita

Bagi Laut dan teman-temannya, dibredel dan digerebek adalah hal biasa. Pun berada dalam pengawasan atau kecaman keluarga yang khawatir akan kegiatan mereka.

Sampai suatu hari, Laut dan kawan-kawannya di-cap buron dan diburu. Laut terpaksa bergerilya, berganti-ganti nama dan alamat, bermain ‘kucing-kucingan’ dengan aparat.

Saat satu persatu rekan seperjuangan Laut hilang tanpa jejak, Ia bertanya-tanya, akankah Ia tetap hidup dan melihat Indonesia yang baru?

Yang paling sulit adalah menghadapi ketidakpastian. Kami tidak merasa pasti tentang lokasi kami; kami tak merasa pasti apakah kami akan bisa bertemu dengan orang tua, kawan, dan keluarga kami, juga matahari; kami tak pasti apakah kami akan dilepas atau dibunuh; dan kami tidak tahu secara pasti apa yang sebetulnya mereka inginkan selain meneror dan membuat jiwa kami hancur….”

Terinspirasi dari kisah nyata

Walau genre-nya fiksi, penulis Laut Bercerita, Leila Salikha Chudori, berkata bahwa novel ini terinspirasi dari kisah nyata. Lebih tepatnya, kisah penghilangan paksa 13 aktivis di tahun 1998.

Meski topiknya terkesan cukup berat, barisan kata yang beliau pilih tidak rumit, dan tentu saja, mampu membuat pembaca jadi ikut berempati. Selain itu, kamu tidak akan kesulitan menebak nasib Laut dan kawan-kawan berkat alurnya yang maju-mundur.

Yang lebih menarik lagi, kamu bisa menikmati kisah ini dari dua sudut pandang; yakni sudut pandang Laut yang tidak jelas keberadaannya, serta sudut pandang Asmara Jati, adik laut, yang tetap mencari Mas-nya, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.

The Sea Speaks His Name, film pendek “Laut Bercerita”

Untuk kamu penyuka motion picture, novel Laut Bercerita juga sudah difilmkan, loh.

Tidak tanggung-tanggung, film ini bertaburan aktor dan aktris kondang seperti Reza Rahadian (Laut), Dian Sastrowardoyo (Anjani, kekasih Laut), Ayushita (Asmara), Tio Pakusadewo (Ayah Laut), Aryani Willems (Ibu Laut), dan masih banyak lagi.

Ada cerita seru di balik pembuatan film ini. Pada awalnya, tidak terbesit di pikiran Leila Chudori untuk membuat film pendek Laut Bercerita.

Namun, berkat saran dari orang-orang terdekatnya, dibuatlah film ini hanya dalam waktu shooting tiga hari. Bahkan, para aktor dan aktrisnya rela tidak dibayar.

Meski singkat, emosi yang terpapar dalam novel berhasil ditangkap dan divisualisasikan oleh Pritagita Arianegara selaku sutradara film ini.

Bahkan, film berdurasi 30 menit sudah sudah ‘jalan–jalan’ ke berbagai pemutaran dan festival film di dalam dan luar negeri.

Penasaran seperti apa cuplikan film-nya? Coba tonton video ini:

Lantas, dimana kamu bisa menonton full movie Laut Bercerita? Apakah ada link untuk download atau sudah tayang di platform streaming film?

Sayangnya, tidak ada. Untuk menghindari pembajakan, film Laut Bercerita hanya diputarkan di event terbatas saja.

Tapi, jangan khawatir, kamu tetap bisa menonton film ini, kok! Syaratanya cuma rajin-rajin tengok akun instagram @leilachudori atau @penerbitKPG. Soalnya, mereka kerap menginfokan event nobar film Laut Bercerita yang bisa kamu ikuti.

Fiksi sejarah sebagai pembuka mata dan pengingat

Kebudayaan suatu bangsa tidak mungkin terlepas dari karya sastra.

Sastra bisa kita manfaatkan untuk membuka mata dan pikiran, sekaligus pengingat bahwa kejadian kelam dalam sejarah bangsa Indonesia tidak boleh terulang.

Hal tersebut diamini oleh Leila Chudori dalam sesi Nobar dan Diskusi Film Laut Bercerita yang Ke–5, yang dilaksanakan tanggal 18 Februari 2022 oleh penerbit KPG.

Di sesi tersebut, beliau memaparkan pentingnya membaca tulisan fiksi sejarah, tidak hanya hasil karyanya, namun juga karya penulis kondang lainnya Pramoedya Ananta Toer dan Laksmi Simanjuntak.

Terutama untuk generasi millennial dan Gen Z yang tidak mengalami kejadian tersebut secara langsung.

Harapannya, dengan membaca karya fiksi sejarah, kita akan selalu ingat bahwa perjalanan menuju kebebasan tidaklah murah.

Jadi, apakah kalian siap menyelami semesta dan pikiran Laut? Yuk, baca Laut Bercerita sekarang!

Novel Laut Bercerita: Menyelami Kisah Aktivis di Tahun 90an 1

Author: arum tunjung

Thanks for Reading

Enjoyed this post? Share it with your networks.

Leave a Feedback!