Memaknai Nilai Moral dari Novel Almond

novel almond

Almond adalah sebuah novel remaja Korea yang ditulis oleh Sohn Won-pyung tentang seorang anak laki-laki bernama Seon Yoonjae yang tumbuh berbeda dengan anak pada umumnya.

Berdasarkan pemeriksaan medis, ia mengalami kelainan kondisi pada Amigdala, yaitu bagian dalam anatomi otak yang berhubungan dengan proses emosi, perilaku, dan memori.

Judul buku: Almond
Penulis: Sohn Won-pyung
Penerbit: Grasindo
Edisi: Cet. 7, Juni 2021
ISBN: 9786020519807
Halaman: 222 Halaman

Bagian otak tersebut menyerupai kacang Almond yang kemudian menjadi judul novel ini. Yoonjae didiagnosis Alexithymia karena ia kesulitan untuk mengenali atau menggambarkan emosi dirinya sendiri, seperti takut, serius, marah, sedih, kesal, bahagia, jatuh cinta, dan lain-lain yang berpotensi menimbulkan masalah hubungan interpersonal.

Alur cerita disuguhkan dengan lugas dan sederhana untuk dimengerti. Walaupun mengisahkan tentang persoalan remaja dari segi Psikologi, buku ini sebaiknya diperuntukkan untuk usia 17 tahun ke atas ya.

Novel ini bermanfaat lho Nerd, untuk masuk daftar bacaan karena ada beberapa pesan moral yang dapat dipetik.

novel almond
Novel Almond

1. Tidak apa-apa berbeda

Seperti yang dituturkan dalam novel ini, Yoonjae dianggap aneh oleh kebanyakan orang karena tingkah lakunya yang dingin tanpa ekspresi seperti robot.

Kata Neneknya pada Yoonjae, “Mungkin karena kau anak yang istimewa. Biasanya, orang-orang tidak bisa menerima perbedaan dalam dirinya dengan orang lain.”

Hmm, ya. Jika saja Yoonjae berada di lingkungan yang mayoritas seperti dirinya, maka mungkin dia tidak akan dianggap berbeda.

Pada dasarnya, memang tidak ada manusia yang sama persis dengan manusia lainnya. Tidak ada individu yang sempurna karena manusia lahir dengan kelebihan dan kekurangan.

Sesuatu yang populer belum tentu sesuai dengan diri kita dan membuat kita nyaman. Selama perbedaan itu tidak merugikan orang lain, hal tersebut merupakan daya tarik dan anugrah yang harus disyukuri.

Bayangkan jika Yoonjae kesulitan dalam mengendalikan emosi diusia yang masih remaja akibat tragedi yang menimpanya, mungkin dia akan sedih dan trauma berkepanjangan.

Besar kemungkinan tidak mudah baginya untuk langsung melanjutkan keseharian layaknya anak normal yang diharapkan ibunya.

Being judged by people who don’t know the absolute truth about you might feel unpleasant. However, remember that it’s okay to be different.

Sepertinya, manusia sudah diciptakan dengan kapasitas yang sesuai dengan jalan hidupnya masing-masing.

Kalau di dunia ini semuanya sama, ga seru kan?

2. Don’t be the bully

Bullying atau perundungan merupakan perilaku tidak menyenangkan dari seseorang atau sekelompok orang yang merasa lebih kuat kepada orang lainnya.

Perilaku ini bisa terjadi baik secara fisik maupun verbal dengan maksud menyakiti atau mengintimidasi sehingga menimbulkan dampak pada kondisi fisik dan psikologis korban.

Kenapa ya, kok bisa kita temukan para jiwa perundung di berbagai tempat, termasuk sekolah?

Memaknai Nilai Moral dari Novel Almond 1
Sumber Foto: Pixabay

Berbagai faktor dapat berkontribusi terhadap perilaku bullying, baik dari faktor pergaulan, keluarga, maupun kondisi individu itu sendiri.

Dari faktor pergaulan, umumnya terdapat motivasi untuk mendapatkan kekuatan sosial (social power).

Kondisi keluarga juga menjadi salah satu faktor yang mendorong perilaku perundungan, seperti kurangnya dukungan emosional, komunikasi, dan hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua.

Apabila dilihat dari faktor individu perundung itu sendiri, bisa jadi dipengaruhi oleh ketidakmampuan mengelola stres dan trauma sehingga menanggapi emosi negatif dengan cara yang tidak tepat, memiliki kepercayaan diri yang rendah, serta dia harus menutupinya dengan membuat dirinya terlihat lebih kuat.

Hal ini tercermin dari karakter Yoon Lee Soo alias Gon.

Dalam percakapan buku ini, Gon menyampaikan pada Yoonjae bahwa kita harus menjadi orang yang lebih kuat dalam dunia yang penuh kekejaman. Tentu saja ini menjadi kesimpulan hidupnya setelah melalui pengalaman yang pahit.

Hidup terlantar selama 16 tahun dimasa remaja yang merupakan periode penting untuk melatih kebiasaan sosial dan emosional yang mendukung mental well-being, termasuk belajar mengelola emosi, merupakan trauma tersendiri.

Setelah belasan tahun baru bertemu kembali dengan orang tua, tetapi anak muda ini harus kehilangan ibu dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayahnya.

Rasa insecure, tidak didengar, tidak dicintai, serta memori yang menyisakan luka bukan hal yang mudah untuk dikelola sehingga dia mengekspresikannya dengan cara berpura-pura menjadi kuat pada orang lain agar tidak ada lagi pihak yang mampu menyakitinya.

Para pelaku perundungan sebenarnya mereka yang menyimpan kesedihan, ketidakpercayaan diri, kebutuhan untuk dipahami, serta dipulihkan dari perasaan yang membuatnya hancur dan jauh dari kasih sayang.

Thus, those who bully others are actually far from cool. They are just seeking for attention or validation.

3. Don’t be so quick to judge and enjoy gossip

Novel yang telah memenangkan penghargaan Changbi Prize for Young Adult Fiction di Tahun 2016 dan The 2020 Japanese Booksellers’ Awards dalam kategori Translated Fiction Novel ini mendeskripsikan realita bahwa kebanyakan manusia mudah menghakimi tanpa mencoba mendalami perspektif manusia yang dipergunjingkan.

Seperti para orang tua murid yang tidak nyaman dengan keberadaan anak-anak yang terkesan dapat memberikan pengaruh buruk, seperti Yoonjae dan Gon.

Kekhawatiran yang wajar karena setiap orang tua sebenarnya pasti sedang memperjuangkan yang terbaik untuk anaknya.

Akan tetapi, ada baiknya juga memberikan kesempatan pada remaja yang sebenarnya membutuhkan dampingan profesional dan perasaan diterima untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Kemudian, para siswa yang katanya ‘normal’ dengan mudah menyebarkan gosip tanpa adanya rasa empati, apakah ujaran mereka tersebut dapat menyakiti perasaan teman sekolahnya sendiri.

Memaknai Nilai Moral dari Novel Almond 2
Sumber Foto: Pixabay

Pendidikan di bangku sekolah memang harus lebih menggalakkan lagi bahwa kecerdasan emosi sama pentingnya dengan kecerdasan akademis.

Gon ‘si yang dianggap brandal’ merasa nyaman berteman dengan Yoonjae ‘si yang dilabeli muka datar tak berperasaan’ sebab dia tidak pernah menghakimi atau menilainya sebelah mata. Walaupun Yoonjae makhluk yang terlihat tanpa ekspresi, bukan berarti anak muda ini tidak mampu mengasah rasa.

Dia adalah orang pertama yang menaruh perhatian pada perilaku Gon dan menyadari betapa halus perasaannya meskipun bahasa yang ditunjukkan selalu jauh dari lembut.

Ketika tangan Yoonjae berdarah akibat tergores buku yang keras dan tebal, ia bergegas mengambil tisu untuk meredam tetesan darah ke lantai.

Dia mengungkapkan kecemasan sebagai bentuk kepeduliannya itu dengan rasa marah. Yoonjae juga yang bersikukuh mencari keberadaan Gon ketika dia hilang sehingga pada akhirnya Gon memilih keselamatan Yoonjae dibandingkan idola dan mimpinya selama ini.

Hidup akan memberikan koneksi antara hati yang dapat saling memahami. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pemuda terasingkan tersebut bisa juga lho secara yang katanya “normal” menjalin persahabatan dan memiliki sikap setia kawan.

Kepribadian seseorang terbentuk akibat berbagai faktor termasuk pengalaman hidup yang dilalui.

Let’s seek first to understand and not be too quick to judge. Everyone has their own story. You may not know what someone is going through until you walk in their shoes and realize the options they have in life.

Sepertinya, melalui novel ini, Penulis secara tidak langsung sedang mengajak pembaca untuk memiliki rasa empati.

Bayangin deh, perasaan kita kalau digosipin orang lain? Kalau memang tidak ada sesuatu yang bagus untuk diperbincangkan tentang orang tersebut, at least jangan ikut menyebarkan gosip supaya makin panas ya, Nerd.

4. Utamakan dan pahami keluarga

Dari novel ini, tersirat berbagai penyesalan akibat kurang memprioritaskan perhatian pada keluarga.

Profesor Shim seorang pemilik toko roti yang dulu sibuk berprofesi sebagai dokter jantung memendam kesedihan begitu dalam karena merasa terlambat menyadari bahwa istri tercintanya memiliki masalah jantung sehingga menutup mata dalam waktu sekejap saja.

Ibu Gon seorang wartawan terkenal merasa terpukul karena jadwal yang begitu padat membuat waktu bersama anaknya terbatas. Pekerjaan yang menyita perhatian besar itu membuatnya harus berpisah dengan putra semata wayangnya di taman bermain.

Memaknai Nilai Moral dari Novel Almond 3
Sumber Foto: Pixabay

Keluarga merupakan salah satu support system yang sangat diperlukan untuk kesehatan mental remaja.

Disaat dunia luar memberikan perasaan negatif untuk Yoonjae, kasih sayang ibu dan neneknya mampu membuat dirinya tumbuh tanpa merasa seorang diri dan merasa dicintai.

Kesabaran mereka melatih Yoonjae agar dapat menanggapi emosi dengan baik akhirnya membantu remaja tersebut dalam berinteraksi atau bersosialisasi.

Novel ini menunjukkan dampak yang berbeda dengan anak yang merasa tidak dipahami orang tua mereka, seperti Gon yang acuh terhadap ayah kandungnya dan hidup senang membuat kegaduhan, serta Lee Dora, gadis earphone yang tidak lagi banyak bicara akibat merasa aktivitas yang dia sukai tak didukung orang tuanya.

5. Pentingnya mengenal dan mengelola emosi

Yoonjae berusaha melanjutkan sekolah dan mencari cara untuk membiayai hidupnya sendiri setelah melalui kemalangan dan tuduhan yang menimpanya.

Tokoh ini mengingatkan manusia normal tentang pentingnya mengenal, mempelajari, dan meregulasi emosi agar tidak larut dalam apa yang dirasakan apalagi sampai mendramatisiasi keadaan.

Apabila bingung memahami emosi yang sedang dirasakan dan bagaimana mengatasinya, jangan ragu untuk mencari bantuan atau memperoleh pandangan dari orang terdekat dan terpercaya, seperti halnya Prof. Shim yang senantiasa menjadi teman diskusi Yoonjae.

The more you are aware of your emotions, the easier you are to control them. Remember that all emotions are normal. However, the way you act on those emotions matters a lot.

Nah, buat yang sudah membaca Almond, pelajaran apalagi nih yang bisa diperoleh?

Memaknai Nilai Moral dari Novel Almond 4

Author: karinalarasatik

Thanks for Reading

Enjoyed this post? Share it with your networks.

Leave a Feedback!