Di zaman penuh distraksi seperti saat ini, terdapat banyak hal yang bisa mempengaruhi mental dan pola pikir. Tak jarang, banyak orang yang kemudian menjadi insecure.
Jika sebelumnya perbandingan terjadi antar sesama teman di sekolah, di lingkungan kerja, atau di lingkungan masyarakat sekitar, maka sekarang berubah menjadi lebih luas.
Kita bisa membandingkan diri sendiri dengan orang yang bahkan tidak dikenal secara nyata.
Berbahaya? Tentu saja.
Dari perbandingan itu, akan muncul masalah baru yang tidak bisa diselesaikan dalam sekejap.
Terutama soal kebahagiaan yang selalu dicari dari luar diri yang umumnya sulit untuk didapatkan. Kita jadi manusia yang membutuhkan validasi dari sesuatu yang tidak bisa dikontrol.
Namun, hal tersebut tampaknya bisa diatasi dengan kehadiran buku berjudul Filosofi Teras, atau dikenal sebagai Stoisisme.
Judul buku | : Filosofi Teras |
Penulis | : Henry Manampiring |
Penerbit | : Kompas Penerbit Buku |
Edisi | : 2019 |
ISBN | : 978-602-412-518-9 |
Halaman | : 346 hal. |
Stoisisme adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang lahir lebih dari 2000 tahun lalu. Filsafat ini diyakini bisa mempengaruhi seseorang supaya bahagia secara utuh.
Menariknya, kehadiran buku ini sangat berkaitan dengan sesuatu yang sering terjadi saat ini.
Zaman yang mengharuskan generasi milenial dan Gen-Z menghadapi berbagai informasi yang bisa tersebar secara cepat.
Kehadiran informasi yang terlalu banyak membuat terjadinya ledakkan emosi yang tak bisa dibendung, yang berkaitan langsung dengan kesehatan mental manusia.
Maka, akan dikenalkan empat prinsip Filosofi Teras yang bisa dijadikan acuan dalam menjalani hidup.
Daftar Isi
Prinsip Filosofi Teras
Sesuai judul, kita bisa menikmati santuy-nya kehidupan tanpa diliputi dengan berbagai kecemasan.
Berikut ini adalah prinsip yang dimaksud:
Hidup harus selaras dengan alam
Apa yang membedakan manusia dengan makhluk lain? Ya, manusia memiliki nalar.
Manusia bisa berpikir mana yang baik dan buruk. Selaras dengan alam bukan melulu soal menjaga lingkungan, tetapi ada ikatan lain yang hadir erat dengan manusia.
Stoisisme percaya jika semua yang terjadi dalam kehidupan berasal dari campur tangan alam yang saling berkaitan.
Jadi ketika kita bisa menggunakan rasio dengan baik, alam semesta akan membantu manusia dalam mendatangkan kebahagiaan.
Bukan hanya kebahagiaan sekejap, tetapi juga kebahagiaan sejati.
Tentang dikotomi kendali
Dalam kehidupan sehari-hari, ada hal yang bisa dikendalikan dan ada pula hal yang tidak bisa dikendalikan.
Namun sering kali kita berharap banyak kepada sesuatu yang tidak bisa dikendalikan.
Salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita adalah mengharapkan kebahagiaan dari luar diri. Misal dari pasangan, dari rekan kerja, dari bos, dan lain-lain.
Tanpa disadari, kita telah mundur satu langkah kepada keterpurukan. Kebahagiaan yang berasal dari orang lain sama sekali tidak abadi. Hal tersebut bisa hilang seketika, bahkan tidak sesuai ekspektasi.
Sebaliknya, kita bisa mendapatkan kebahagiaan dari dalam diri yang dapat kita gali sendiri. Ketika ada keburukkan yang berasal dari luar, kita bisa mengendalikan banyak hal.
Misal berkenaan dengan sudut pandang, pola pikir, cara merespon, juga cara memberikan opini.
“Dasar bodoh!”
“Saya tidak suka kamu!”
Ucapan di atas bisa menjadi menyakitkan untuk sebagian orang. Namun di sisi lain, ada orang yang biasa saja mendengar ucapan itu.
Hal ini terjadi karena pola pikir. Banyak orang yang menganggap cacian sebagai sesuatu hal yang menyakitkan.
Banyak pula orang yang menganggap cacian sebagai angin lewat saja. Bahkan mungkin beberapa orang hanya menanggapi dengan menggibaskan tangan tanda tidak peduli.
Dari ucapan tersebut, akan terbagi menjadi tiga kubu. Pertama manusia yang merasa sakit hati, kedua sedikit sakit hati, dan ketiga sama sekali tidak sakit hati.
Kita bisa memilih mau ada di posisi mana. Dan pilihan tersebut akan menentukan kebahagiaan kita.
Pegang erat prinsip Amor Fati
Di dalam filosofi Teras, ada istilah Amor Fati yang berarti mencintai nasib. Kadang, kita sulit sekali menerima apa pun yang terjadi.
Orang yang bisa memegang prinsip amor fati akan terkesan santai. Ikhlas menerima. Bahkan mungkin menganggap apa pun yang terjadi selalu memiliki sisi terbaik.
Saat dipecat dari kerjaan, bisa saja ada hikmah yang lebih baik untuk kehidupan kita. Misal hal tersebut menunjukkan bahwa kita berkesempatan untuk belajar bisnis.
Tidak ada yang tahu kan? Kita juga sering sekali berandai-andai.
“Andai saja aku kaya, pasti aku bisa beli apa saja!”
“Andai saja aku menikah di usia muda, mungkin sekarang sudah bahagia.”
Dan berbagai pengandaian lainnya.
Ketahuilah, berandai-andai sama dengan tirani. Hal itu hanya akan menyiksa kita. Amor fati bukan berarti menyerah terhadap nasib.
Kita justru berpasrah, tetapi tetap melakukan perjuangan.
Cuek saja, jangan baper
Ini adalah salah satu prinsip kuat yang berhubungan dengan zaman now.
Kebanyakan dari kita merasa tidak bahagia karena baper dengan sesuatu yang telah terjadi.
Cuek dalam konteks ini bukan berarti tidak peduli terhadap orang lain, melainkan lebih bijak dalam menerima informasi yang bisa membuat kita berpikir lebih banyak.
Kita diharuskan fokus terhadap sesuatu yang lebih penting. Dengan begitu, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang membuat stres bahkan sakit hati.
Ingat, kemenangan diraih karena kita bisa bertahan dari berbagai hal, termasuk dari sesuatu yang membuat baper.
Pertahanan itu akan memberikan dampai positif jika bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, itulah empat prinsip yang bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan.
Dengan menjalani prinsip yang sesuai dengan buku filosofi Teras, kita bisa menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tidak bisa digoyahkan oleh validasi dari luar diri kita.
Kamu sendiri sudah baca buku ini? Kalau belum, segera baca deh. Siapa tahu buku ini bisa memberikan sudut pandang lain tentang kebahagiaan yang kita cari selama ini.
Segera miliki bukunya disini.