Di zaman sekarang, terdapat banyak bacaan yang bisa dijajal untuk mendapatkan hiburan dan ilmu bermanfaat.
Dari mulai buku ilmiah, buku motivasi, pengalaman, biografi, hingga novel populer yang perkembangannya semakin pesat.
Tentu saja, semakin banyak bacaan, semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk bisa melahap buku-buku tersebut. Maka dari itu, kita harus pandai memilih bacaan yang pas tanpa menyita banyak waktu.
Kali ini, akan dibahas sebuah novel dengan bahasa ringan, yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai salah satu penyemangat untuk menjalani hidup.
Yups, novel ini berjudul: Kami (Bukan) Jongos Berdasi, sebuah novel dari J.S Khairen, yang juga sudah menerbitkan novel sebelumnya berjudul: Kami (Bukan) Sarjana Kertas.
Judul buku | : Kami (Bukan) Jongos Berdasi |
Penulis | : J.S. Khairen |
Penerbit | : Bukune |
Edisi | : Cet. 1, Oktober 2019 |
ISBN | : 978-620-220-335-3 |
Halaman | : 414 hal. |
Dengan membaca novel ini, kita akan mendapatkan berbagai manfaat hanya dalam sekali duduk.
Daftar Isi
Apa sih keunggulan dari novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi?
Jika ditanya keunggulan, tentu saja banyak yang bisa diambil dari novel ini. Kami (Bukan) Jongos Berdasi menceritakan tentang perjalanan hidup orang-orang yang pernah ada kampus UDEL yaitu Gala, Arko, Ranjau, Juwita, Sania, Ogi, Lira, dan Cath.
Setiap dari mereka memiliki masalah masing-masing setelah keluar dari lingkungan kampus.
Inilah yang menjadi keunggulannya. Ada berbagai aspek yang bisa digaris bawahi untuk menjadi pembelajaran kita dalam kehidupan sehari-hari. Dari mulai sosial, mental, keluarga, persahabatan, hingga fakta dunia kerja.
Dari segi teknis, novel ini termasuk novel dengan gaya bahasa ringan. J.S Khairen menyampaikan gagasannya dengan bahasa yang bikin ngakak, juga kata-kata bijak yang bisa membuat pembaca ikut terhanyut.
Meskipun, ada beberapa salah ketik, yang tentu saja tidak terlalu berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan novel ini.
Untuk lebih jelasnya, akan dibahas beberapa hal menarik yang bisa jadi pembelajaran. Siapa tahu, kamu merasa tergugah dengan hal-hal menarik berikut ini:
Kadang ekspektasi itu bisa merusak mental
Novel ini memberikan pembelajaran penting untuk kesehatan mental. Seperti yang telah diceritakan, novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi menjelaskan perjuangan beberapa orang setelah lulus kuliah.
Dari perjuangan itu, ada hal-hal yang berkaitan erat dengan mental. Seperti perjalanan hidup seorang Sania yang harus terombang-ambing di bawah sebuah perusahaan.
Ketika pada awalnya merasa beruntung karena bisa bekerja, ternyata dunia kerja tidak sesimpel itu. Banyak sekali hal yang membuat dia ingin menyerah dengan keadaan. Tentu saja itu semua berawal dari ekspektasi.
Dari kisah salah satu tokoh di novel ini, kita benar-benar diajari untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap suatu hal. Berjuang memang diharuskan, tetapi juga harus didorong oleh kejernihan pikiran.
Uang bukan segalanya
Sempat tergelitik ketika membaca tokoh lainnya di novel ini. Yaps, ini soal Gala. Si anak orang kaya yang justru memilih mengejar cita-cita yang diinginkan.
Padahal, bukankah dia punya uang banyak? Gala rela meninggalkan semua yang telah dia miliki dari orang tuanya. Lantas, kenapa Gala melakukan itu?
Tentu saja kita tahu jawaban dari pertanyaan itu. Bahwa hidup bukan melulu tentang uang. Ada banyak hal yang bisa mengubah seseorang, salah satunya adalah tujuan.
Meski Gala memiliki uang, tetapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan. Maka dari itu, dia berjuang keras untuk bisa menggapai semua tujuan yang telah dipersiapkan. Dia tidak peduli dengan semua halangan dan rintangan.
Wajib mempelajari skill baru
Apakah kamu pernah bekerja di sebuah perusahaan tetapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan? Mungkin ada yang pernah.
Nah, hal ini menggambarkan bahwa dunia pendidikan tidak selalu sama dengan dunia kerja.
Lewat Arko, kita tahu bahwa skill itu penting. Arko, seorang mahasiswa yang memilih untuk tidak menyelesaikan kuliah ini percaya akan skill yang dia miliki. Dia terbang ke berbagai negara dengan skill fotografinya.
Pembahasan poin tiga ini bukan soal penting atau tidak pentingnya perndidikan formal. Kita semua juga tahu bahwa apa pun itu, yang namanya pendidikan sangatlah diperlukan.
Namun ada satu hal yang bisa kita garis bawahi dari perjalanan Arko. Ketika kita memiliki suatu skill, maka kita tidak akan pernah takut untuk berkelana, berkeliling, juga mencari hal-hal baru.
Pentingnya adaptasi di era modern
Novel ini juga cukup depan dalam menggambarkan adaptasi. Misal soal Ogi.
Ogi adalah mahasiswa DO dari kampus UDEL. Namun kemudian, dia malah bisa bekerja di luar negeri.
Tentu saja, selain skill yang berhubungan dengan pekerjaan, dia juga memiliki skill untuk beradaptasi di negeri orang.
Pun dengan Lira. Dia adalah dosen di kampus UDEL, namun kemudian bisa beradaptasi dan malah bersahabat baik dengan mantan mahasiswanya.
Hal ini menggambarkan jika adaptasi itu memang diperlukan. Dengan adaptasi, manusia bisa bertahan di tengah tubrukkan berbagai macam sifat manusia.
Nah, empat hal itu menjadi pembelajaran yang bisa diambil dari novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi. Jika membaca novel ini, kita pasti tertawa terbahak karena gaya bahasa yang digunakan penulis.
Namun di balik itu, ternyata banyak pembelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Uniknya, hal-hal berat tadi bisa dengan mudah difahami hanya dengan membaca novel tersebut.
Kamu sudah baca novel ini belum? Kalau sudah, yuk berbagi pengalaman tentang novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi. Kalau belum baca, buruan deh cari bukunya. Dijamin mantul!
Selamat beraktivitas semua. Salam literasi!